Rabu, 05 Oktober 2011

Asuhan Keperawatan Pada Skabies

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SKABIES
A. Definisi
Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung.
B. Etiologi
Scabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang erat. Penularan yang melalui pakaian dalam,handuk, seprei,tempat tidur, perabot rumah, jarang terjadi. Kutu dapat hidup diluar kulit hanya 2-3 hari dan pada sughu kamar 21 °C dengan kelembaban relative 40-80%.
Kutu betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan membuahi kutu betina, dan kemudian mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan menggali lobang ke epidermis, kemudian membentuk terowongan didalam stratum korneum. Kecepatan menggali teowongan 1-5 mm/hari. Dua hari setelah fertilisasi, scabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa dan kemudian menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari. Kemudian kutu mati di ujung terowongan. Terowongan lebih banyak terdapat didaerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea.
Masa inkubasi scabies bervariasi, ada yang beberapa minggu bahkan berbulan-bulan tanpa menunjukan gejala. Mellanby menunjukan sensitisasi dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai. Selama waktu itu kutu berada diatas kulit atau sedang menggali terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala gatal timbul setelah penderita tersensitasi oleh ekskreta kutu.
C. Epidemiologi
Skabies merupakan penyakit endemic pada banyak masyarakat. Penyakit ini dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua umur. Insidens sama pada pria dan wanita.
Insidens scabies di negara berkembang menunjukan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemic dan permulaan epidemic berikutnya kurang lebih 10-15 tahun.
Beberapa factor yang dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan, hygiene yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual.
Insidennya di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tinggi di Jawa Barat. Amiruddin dkk, dalam penelitian scabies di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya, menemukan insidens penderita scabies selama 1983-1984 adalah 2,7%. Abu A dalam penelitiannya di RSU Dadi Ujung Pandang mendapatkan insidens scabies 0,67% (1987-1988).
D. Diagnosis dan Gambaran Klinik
Erupsi bervariasi, tergantung pengobatan sebelumnya, iklim dan status imunologi penderita. Kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan disertai papula, vesikula, urtika dan lain-lain.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Didaerah tropis, hamper setiap kasus scabies terinfeksi sekunder oleh Streptococcus aureus atau Staphylococcus Pyogenes
Diagnosis scabies ditegakkan atas dasar :
1. Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm, dan pada ujungnya tampak vesikula, papula, atau pustule.
2. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku, lipat ketiak bagian depan, areola mammae, sekitar umbilicus, abdomen bagian bawah, genetalia eksterna pria. Pada orang dewasa jarang terdapat dimuka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh permukaan kulit.
3. Penyembuhan cepat setelah pemberian obat antiskabies topical yang efektif.
4. Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita gatal, harus dicurigai adanya scabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh temperature tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat.
Diagnosis pasti baru dapat ditegakkan bila ditemukan kutu dewasa, telur, larva atau skibalanya dari dalam terowongan. Cara mendapatkannya adalah dengan membuka terowongan dan mengambil parasit dengan menggunakan pisau bedah atau jarum steril. Kutu betina akan tampak sebagai bintik kecil gelap atau keabuan dibawah vesikula. Dibawah mikroskop dapat terlihat bintik mengkilat dengan pinggiran hitam. Cara lain ialah dengan meneteskan minyak immerse pada lesi dan epidermis diatasnya dikerok secara perlahan-lahan. Woodley dkk, mengajurkan penggunaan tinta hitam pada terowongan. Tangan dan pergelangan tangan merupakan tempat terbanyak ditemukan kutu, kemudian berturut-turut siku, genetalia pantat dan akhirnya aksila.
Selain bentuk scabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk khusus yaitu :
1. Skabies pada orang bersih
Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bisa salah didiagnosis. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.
2. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat dimuka.
3. Skabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.


4. Skabies noduler
Nodul terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang sering dikenai adalah genetalia pria, lipat paha dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.
5. Skabies inkognito
Obat steroid topical atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topical yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon imun seluler.
6. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
7. Skabies krustosa (Norwegian scabies)
Lesinya berupa gambaran eritrodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi kuku. Krusta terdapat banyak sekali. Krusta ini melindungi Sarcoptes scabiei dibawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah didiagnosis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retardasi mental (Down’s syndrome), sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan penderita imunosupresif (misalnya pada penderita AIDS atau setelah pengobatan glukokortikoid atau sitotoksik jangka panjang).
E. Diagnosis Banding
Skabies merupakan the great imitator, karena menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Diagnosis bandingnya ialah prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis dan lain-lain. Setiap dermatitis yang mengenai daerah areola, selain penyakit paget, harus dicurigai pula adanya skabies. Skabies krustosa dapat menyerupai dermatitis hyperkeratosis, psoriasis, dan dermatitis kontak.
F. Komplikasi
Bila scabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecilyang diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama disekitar genetalia pria. Gamma benzene heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan.
G. Pengobatan
Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan seksnya. Ada bermacam-macam pengobatan antiskabies:
1. Benzena heksaklorida (lindane)
2. Sulfur
3. Benzilbenzoat (crotamiton)
4. Monosulfiran
5. Malathion
6. Permethrin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar